Selasa, 14 Februari 2012

Seni Mengkritik dan Menerima kritik

Sahabat . . . apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar orang berkata,"Saya ingin mengkritik Anda!"

Biasanya, jika seseorang mendapat perlakuan seperti itu, ia akan langsung merasa tidak suka. Seakan-akan, kehormatan dan harga dirinya sedang terancam. Ia menganggap kritik sebagai penghinaan yang akan menurunkan harga dirinya dan mencemarkan nama baiknya.

Maka, wajar jika reaksi yang muncul-baik berupa pikiran, perasaaan maupun sikap tubuh-adalah pembelaan diri. Sulit baginya untuk menerima semua kritikan itu. Apalagi menikmatinya. Seringkali, kita pun bersikap demikian ketika menerima kritik.

Akan tetapi, tentu responnya akan berbeda jika kita mendengar perkataan,"Saya akan memberi kamu kripik."

Spontan, kita akan senang menerimanya. Wajah menjadi cerah. Riang rasanya perasaan kita karena membayangkan akan diberi kripik sebagai makanan camilan atau teman makan nasi yang nikmat.

Di sinilah perbedaan kata 'kritik' dan 'kripik'. Akan tetapi, yang terpenting bukan itu. Yang penting ialah mengapa kita sampai memunculkan sikap berbeda ketika mendengar dua kata itu? yang pertama, cenderung kita sungkan menerimanya, malah terkadang lari darinya. Sementara yang kedua, seringkali kita cari.

Sebenarnya masalah kritik dan kripik bisa sama kalau persepsi kita tentang kritik itu sendiri kita benahi; bila kata-kata kritik menjadi bagian keseharian yang kita nikmati. Lebih dari itu, kita juga jadi sesuatu yang berarti dan layak kita akrabi.

Source: Aa Gym. Seni Mengkritik dan Menerima Kritik. Khas.